Sejak pagi hari, para pendekar telah berdatangan. Mereka hadir bukan untuk menunjukkan kekuatan fisik, melainkan menyatukan hati melalui dzikir dan doa, memohon agar bangsa Indonesia senantiasa berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Suasana khidmat menyelimuti alun-alun saat zikir dan doa bersama dimulai. Sejumlah tokoh agama memimpin doa yang ditujukan tidak hanya untuk keselamatan Ponorogo, tetapi juga bagi Indonesia yang majemuk dan penuh tantangan.
Ketua Umum PSHT Pusat Madiun, Moerjoko, menegaskan nilai persaudaraan merupakan ruh utama PSHT yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi penerus.
“Indonesia ini berdiri di atas perbedaan. Kalau persaudaraan dirawat, perbedaan justru menjadi kekuatan untuk menjaga persatuan bangsa,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, PSHT juga memanjatkan doa bagi para korban bencana alam di sejumlah daerah, seperti Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat. Doa itu diwujudkan pula melalui aksi nyata berupa penggalangan bantuan dan keterlibatan langsung anggota PSHT di lapangan.
"Kita hadir untuk membantu dan mendoakan. Semua yang bergerak adalah saudara-saudara kita,” ungkapnya.
Kegiatan Bumi Reog Berdzikir turut dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak. Emil menilai pencak silat sebagai warisan luhur bangsa yang tidak hanya perlu dijaga, tetapi juga dimuliakan.
Wagub mengaku merasakan energi persaudaraan yang kuat saat memasuki Ponorogo dengan mengenakan seragam SH Terate.
"Pencak silat bukan sekadar olahraga atau bela diri, tetapi warisan nilai, karakter, dan akhlak. Jawa Timur memiliki tanggung jawab moral untuk nyengkuyung tumbuhnya pencak silat sebagai kebanggaan bersama,” ungkap Emil.
Emil berharap kegiatan seperti Bumi Reog Berdzikir dapat terus digelar sebagai ruang spiritual dan sosial, sekaligus peneguh peran perguruan silat dalam menjaga harmoni, persatuan, dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Posting Komentar